Rabu, 13 Maret 2019

SEKOLAH MASA DEPAN

     by : SNR

Pagi buta ku terbangun olehnya

Suara protes ayam dengan merdunya

Ku beranjak dari singgasana

Dan segera ku bergegas mengambil seonggok celana

     Ku siapkan tas dan kawan-kawannya

     Untuk menggapai cita

     Untuk penghilang assa

     Untuk sebuah ....

          "Sekolah Massa Depan"


setiap karya memiliki hak cipta.

Jumat, 18 Agustus 2017

Sepatah Kata Buat Anda



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
Detail Magazine berhasil diterbitkan.
Kami selaku dewan redaksi mengucapkan terima kasih atas aspirasi semua pihak sehingga Detail Magazine berhasil diterbitkan.
Semoga dapat memberi motivasi kepada kita untuk selalu berkarya dalam bentuk tulisan.
Bersamaan dengan ini diharapkan masyarakat lebih peduli dan dapat menjadi penerus industri kecil kain Lurik yang sangat berkembang di Kabupaten Klaten.
Dengan demikian Lurik Klaten akan semakin dikenal masyarakat luas, dan diakui bahwa kain Lurik ATBM adalah kain tenun khas asli Indonesia.
Tak lupa redaksi mengharap kritik dan saran dari berbagai pihak demi kemajuan dan perbaikan Detail Magazine.







By : SNR

GALERI " L U R I K "

Galeri Foto
#KlatenLurikCarnival


Galeri Foto
#Chingay2017


Koleksi Lurik di Showroom Prasojo



"LURIK PRASOJO" Sang Pelopor Lurik




Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan diiringi menurunnya minat terhadap budaya lokal, namun tak menyurutkan semangat para perajin Kain Lurik di daerah Klaten. Salah satunya adalah “Lurik Prasojo” yang memproduksi lurik dengan lebel prasojo. Pemiliknya, Bapak Wahyu Suseno adalah seorang owner CV. Kusumatex dan saat ini dikelola oleh menantu dari putra pertamanya Hanggo Wahyu Amerto, Maharani Setyawan.  Lurik Prasojo terletak di Kampung Pencil, Kelurahan Bendo, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Lurik Prasojo merupakan jenis usaha bergerak di bidang tekstil, yaitu
membuat kain Lurik yang telah berdiri sejak tahun 1950.  Saat ditemui  oleh reporter Detail Magazine ditempat kerjanya, Handoyo, Kabag Produksi menceritakan berdirinya   Lurik  Prasojo.  Pada  awalnya, tahun 1950 sampai 1964 Lurik Prasojo memproduksi kain Lurik dengan menggunakan alat tenun manual. Dalam memproduksi lurik, awalnya hanya dengan motif dan warna yang masih terbatas (warna klasik). Namun, dengan perkembangan teknologi pada tahun 1965 Lurik Prasojo sudah menggunakan mesin tenun yang produksinya tidak hanya warna dan motif klasik saja. Tetapi warna dan motif yang sudah bervariasi.
Tak hanya itu, kreasi dan inovasinya pun berkembang menjadi lebih banyak dan menarik. Sehingga tidak hanya membuat kain Lurik saja, namun juga membuat aneka ide kreatif lainnya. Seperti, membuat Jarik, kain lap makanan/ serbet, dan selimut.
CV. Kusumatex mempekerjakan karyawan sebayak 200 orang.Dimana setiap 1 operator mengawasi 4 mesin tenun. Dulunya “Prasojo” hanya mempunyai mesin tenun sebanyak 20 saja, karena produksi terus meningkat kini bertambah menjadi 146 mesin.
Mesin-mesin tersebut terdiri dari 52 mesin produksi lurik, 22 mesin produksi lap makan, dan 72 mesin produksi selimut & jarik. Target dalam satu hari satu mesin dari jam 07.00 WIB sampai jam 15.00 WIB harus memproduksi kain sepanjang 25 meter untuk kain lurik dan lap makan. Sedangkan untuk menghasilkan selimut dan jarik 30 meter dengan waktu yang sama. Hal tersebut berbeda-beda karena kecepatan masing-masing mesin tidak sama.
Perkembangan kain Lurik di era sekarang ini sangat pesat, dengan adanya peraturan pemerintah  daerah yang mewa jibkan pegawai negeri untuk mengenakan baju lurik atau batik. Lurik Prasojo sangat berterimakasih atas peran Pemerintah
 Daerah dan Jateng yang saling bersinergi mendukung para perajin Lurik untuk terus meneruskan warisan budaya kain tradisional lurik ini.
Diharapkan dengan adanya usaha yang dirikan saat ini dapat melestarikan budaya kain lurik yang saat ini semakin luntur. Selain itu, kedepannya usaha ini semoga dapat meningkatkan perekonomian warga daerah Klaten dan mampu menciptakan lapangan kerja bagi warga sekitar.



Maharani Setyawan, seorang wanita kelahiran Wonogiri, 29 Juli 1982 ini adalah pengelola generasi ke 3 usaha lurik ATM (Alat Tenun Mesin) “Lurik Prasojo” di Pencil, Bendo, Pedan, Klaten. Suaminya Hanggo Wahyu Amerto adalah putra pertama dari Bapak Wahyu Suseno owner PT. Kusumatex.
Dengan ide-ide segar dan semangat besar dari Rani alumni AAYKPN fakultas Ekonomi Manajemen tersebut. Perlahan namun pasti, semua berbuah manis. Brand image “PRASOJO” atas Tenun Lurik tersebut melambung  naik  mampu   mengalahkan para pesaing yang ada dan Rani berhasil menembus pasar internasional dengan koleksi fashion dari luriknya.
Menurut Rani, kesuksesan itu bisa diraih siapa saja karena kreativitas diri sendiri dan jadikan bekerja itu seperti hobi. “Yang menunjang untuk sukses berjalannya usaha itu karena kreativitas itu sendiri. Dan saya menjadikan bekerja itu adalah hoby sehingga menyenangkan”, jelas Rani. Karena hebatnya, Rani pernah mendapatkan sebuah Piagam Penghargaan menjadi juri Fashion Show Lurik dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-48 Kabupaten Klaten tahun 2012.
Didalam Showroom Lurik Prasojo terdapat berbagai jenis lurik seperti lurik batik, lurik garis, lurik grimis (dom tlusup), jarik dan masih banyak lagi. Berbagai macam tas, sepatu, kipas, bantal, jaket, baju gamis, rok, celana,  topi, kalung,  gelang, dan jas terbuat dari bahan Lurik yang harganya beragam mulai dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah.
Meskipun sudah sampai ke luar negeri, hebatnya pemasarannya hanya dari mulut ke mulut dan sosial media pribadi. “Jujur mbak, kami tidak pernah memakai marketing. Semua beredar dari mulut ke mulut, hanya dengan  social media pribadi saya saja, jadi saya tidak membaik-baikan Prasojo tetapi biar testimoni para pelanggan yang menjadi dasar orang-orang tertarik untuk ikut membeli dan memakai”, kata Rani.
“Kita patut berbangga atas produk-produk dalam negeri ini, tetapi alangkah baiknya kita juga harus ikut melestarikannya. Mengenakan pakaian dari batik lurik salah satu cara kita melestarikan budaya batik.” Tambah Rani.

CHINGAY PARADE SINGAPORE 2017






Chingay Parade adalah pawai besar-besaran di Singapura menyambut Cap Go Meh. Delegasi Indonesia tampil memukau dengan kostum penuh warna.
Pesta Chingay Parade Ditutup dengan pesta kembang api, taburan confetti dan rona cahaya yang memenuhi F1 Pit Building, Singapura. Selama dua hari, 9 dan 10 Februari 2017 pertunjukan tersebut dipenuhi oleh lautan manusia.
Diperkirakan oleh panitia 160 ribu hingga 180 penonton menyaksikan langsung pertunjukan Chingay Parade Singapore 2017, salah satu festival cahaya terbesar di dunia. Dihelat setiap tahun sejak 1974, karnaval ini ditujukan untuk menyambut Tahun Baru Imlek.
Pesta tahun ini terasa berbeda dengan penyelenggaraan tahun-tahun kemarin. Kali ini dibagi menjadi tiga area dengan tema berbeda. Sebuah panggung 100 meter di kiri lintasan, sedangkan pada sisi kanan sebuah kolam air menjadi lintasan penari.
Selain menampilkan berbagai atraksi dari berbagai komunitas di Singapura, Chingay Parade 2017 dihiasi dengan deretan mobil hias yang bermandikan cahaya. Istimewanya, kali ini panitia menampilkan berbagai unsur alam sebagai atraksi, mulai dari hujan, petir, api, angin, air, permainan cahaya serta efek salju yang manambah meriah acara.
Dibuka oleh Perdana Menteri Singapura, Mr. Lee Hsien Loong, Chingay Parade kali ini juga diikuti oleh beberapa negara. Malaysia, Indonesia, Jepang, China, Kamboja , Korea Selatan, Taiwan dan Thailand. Mereka menampilkan berbagai atraksi kesenian daerah, modern dan aksi bela diri yang memukau.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Indonesia mengirimkan kontingennya pada Chingay Parade Singapore 2017 kali ini. Dengan mengangkat tema ‘Kuda Lumping’, sekitar 250 penari didatangkan dari beberapa daerah di Indonesia.
Dalam rilis delegasi Indonesia, Minggu (12/2/2017) tim inti terdiri dari 60 penari dari Institut Seni Surakarta, Pemkab Klaten dan Indonesia Batik Lurik Carnival. Sisanya yang merupakan tim pendamping berasal dari ISI Denpasar, Universitas Medan, Al Azhar Shifa Budi, Pemkab Boyolali, INSIM Singapura serta staf KBRI di Singapura. Mereka menampilkan berbagai jenis tarian tradisional, baju karnaval megah khas Indonesia serta diiringi oleh sebuah aransemen yang memadukan musik etnik dan kontemporer Indonesia.
Diharapkan melalui festival internasional tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) berharap lurik dari Klaten bisa go international sebagaimana batik yang sudah lebih dulu mendunia.
Dikirimkan Duta Lurik Pedan pemenang Klaten Lurik Carnival 2016 itu, karena lurik dipilih lantaran warisan leluhur dan produk unggulan Klaten. Selain itu, partisipasi tersebut bisa menjadi ajang promosi untuk mengenalkan kain tenun lurik khas Pedan kepada dunia. Dengan mengangkat tema Pesona Kencana Nusantara, Indonesia menjadi tim pembuka membuka kontingen internasional. Dengan gerakan dinamis serta musik nan rancak, mereka memasuki lintasan dan langsung mendapat aplaus dari penonton. Sembari mengoyangkan lightstick yang dibagikan oleh panitia, mereka memberi apresiasi kepada tim Indonesia dengan tepuk tangan meriah.
Lintasan yang menjadi arena pentas Chingay Parade 2017 terbagi menjadi tiga area. Setiap kelompok penampil mempersembahkan tarian mereka sebanyak tiga kali, pada masing-masing area. Seusai tampil, seluruh tim inti dari seluruh peserta diajak berkumpul kembali memenuhi sepanjang lintasan.
Kehadiran tim kesenian Indonesia mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata RI lewat branding Wonderful Indonesia. Selain sebagai ajang memperkenalkan kekayaan khazanah seni budaya, event ini juga dijadikan sebagai promosi berbagai destinasi menarik di indonesia, dengan harapan para wisatawan tertarik untuk mengunjungi keindahan Indonesia.
Sumber : Copas Edit

KLATEN LURIK CARNIVAL 2017




Klaten Lurik Carnival (KLC) 2017 merupakan rangkaian perayaan HUT Kabupaten Klaten ke 213 dan HUT RI ke 72 yang digelar di sepanjang Jalan Pemuda Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (29/7/2017). Kali ini KLC dibuat beda dengan tahun-tahun kemarin, yang membedakan adalah jarak tempuh peserta KLC yang biasanya berjalan sepanjang 2,7km kini hanya berjalan 2km saja, hal itu disebabkan karena mengingat tahun lalu, seluruh peserta mencapai garis finish sekitar pukul 18.00 WIB atau molor sejam dari jadwal yang ditentukan yakni pukul 17.00 WIB. Setelah dilakukan pemangkasan jalur para peserta mencapai finish di depan Gedung Sunan Pandanaran, mereka lantas berkumpul di alun-alun Klaten. Karena di alun-alun panitia menyediakan tempat berfoto sehingga memungkinkan warga masyarakat Kabupaten Klaten dan sekitarnya dapat berfoto dengan para peserta Klaten Lurik Carnival. Selain itu, lurik dan batik hasil produksi UMKM akan dipajang di kawasan sekitar alun-alun.

Tepat pukul 14.00 WIB KLC 2017 dimulai, ribuan warga sangat antusias menyaksikan gelaran tahunan tersebut. Klaten Lurik Carnival 2017 diikuti oleh 35 peserta dari 26 kecamatan, 9 stakeholders seperti perusahaan-perusahaan di Klaten serta masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD). Masing-masing kontingen terdapat sekitar 20 model mengenakan kostum berbahan lurik.

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Klaten, Joko Wiyono menjelaskan, model yang ditampilkan akan lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya.“Ada sejumlah perbedaan penyelenggaraan Klaten Lurik Carnival tahun ini dibanding sebelumnya. Masing-masing kontingen terdapat sekitar 20 model mengenakan kostum berbahan lurik,” jelas Joko.

Namun hal itu tidak dirasakan oleh Ratna salah satu peserta asal Boyolali yang memerankan tokoh Srikandi mewakili PDAM Klaten. Menurut Ratna kostum yang dipakai oleh peserta kebanyakan masih dominan batik daripada luriknya. “Ini acara yang bagus banget cuma mungkin lebih harus difokuskan lagi untuk luriknya, kan ini banyak yang pakai kostum luriknya cuma dibuat embel-embel saja sedikit,” ungkap Ratna.

Dengan demikian adanya Klaten Lurik Carnival 2017 dalam momentum hari jadi Kabupaten Klaten menjadi kesempatan untuk memperkenalkan dan mempromosikan hasil produk  lurik dari Klaten agar kain Lurik Klaten ini akan semakin dikenal masyarakat luas, dalam maupun luar negeri dan dapat diakui bahwa kain Lurik ATBM adalah kain tenun khas asli Indonesia.

MACAM CORAK LURIK




Corak tradisional lurik ditenun menurut aturan tertentu. Baik dalam hal warna atau perpaduan warna maupun tata susunannya. Corak kain lurik diberi nama yang erat kaitannya dengan daur, falsafah/ pandangan kehidupan dan kepercayaan si pemakai.
Corak lurik secara garis besar dapat dibagi dalam 3 corak dasar, yaitu:
1. Corak lajuran, corak di mana lajur/ garis-garisnya membujur searah benang lungsi
2. Corak pakan malang, corak di mana lajur/ garis-garisnya melintang searah benang pakan
3. Corak cacahan/ kotak-kotak, corak yang terjadi dari persilangan antara corak lajuran dan corak pakan malang
Berbagai corak/ dan nama lurik terkenal antara lain corak klenting kuning, corak sodo sak ler, corak lasem, corak ojo lali, corak dam-daman, corak ketan ireng, corak ketan salak, corak dom ndlesep, corak dom kecer, corak telu-telu, corak telu-pat, corak bribil, corak tuluh watu, corak kembang telo, corak mlati seconthong, corak kembang cengkeh, corak kembang gedhang, corak yuyu sekandhang, corak gambang suling, corak kijing miring, corak liwatan, dan sebagainya.
Bahan tenun bergaris sering dianggap membosankan dan hanya dikenakan oleh generasi tua. Tapi kain tenun telah memasuki era baru, menjanjikan bab baru, dan berubah menjadi produk yang menarik dan penuh warna. Jika dulu identik sebagai kain kasar untuk menggendong jamu dan hanya digunakan untuk nilai fungsional, kini kain lurik dibuat dari bahan-bahan yang nyaman di kulit sehingga dilirik oleh para perancang busana. Lurik hadir dengan warna cerah dengan sentuhan modernitas, mengikuti permintaan pasar dan dikemas sedemikian rupa, bisa juga menjadi busana yang menarik dan indah.
Perajin lurik tradisional harus terus bereksperimen dengan benang dan warna-warna baru, serta menciptakan pasar kain lurik. Ini agar lurik semakin bertambah nilainya sehingga pendapatan perajin meningkat. Kain lurik dengan motif melintang ataupun membujur kini mendapat saingan berat dari tekstil bermotif lurik. Oleh karena itu, pemasaran kain lurik tidak bisa dilakukan dengan mengandalkan pada motifnya semata. Saat ini banyak hasil kerajinan yang berbahan dasar kain lurik. Untuk fashion tak hanya pakaian saja yang berbahan dasar kain lurik, akan tetapi kain lurik dapat dibuat menjadi tas, tas laptop, sendal, dan berbadai produk kerajinan yang lain.