Jumat, 18 Agustus 2017

"LURIK PRASOJO" Sang Pelopor Lurik




Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan diiringi menurunnya minat terhadap budaya lokal, namun tak menyurutkan semangat para perajin Kain Lurik di daerah Klaten. Salah satunya adalah “Lurik Prasojo” yang memproduksi lurik dengan lebel prasojo. Pemiliknya, Bapak Wahyu Suseno adalah seorang owner CV. Kusumatex dan saat ini dikelola oleh menantu dari putra pertamanya Hanggo Wahyu Amerto, Maharani Setyawan.  Lurik Prasojo terletak di Kampung Pencil, Kelurahan Bendo, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Lurik Prasojo merupakan jenis usaha bergerak di bidang tekstil, yaitu
membuat kain Lurik yang telah berdiri sejak tahun 1950.  Saat ditemui  oleh reporter Detail Magazine ditempat kerjanya, Handoyo, Kabag Produksi menceritakan berdirinya   Lurik  Prasojo.  Pada  awalnya, tahun 1950 sampai 1964 Lurik Prasojo memproduksi kain Lurik dengan menggunakan alat tenun manual. Dalam memproduksi lurik, awalnya hanya dengan motif dan warna yang masih terbatas (warna klasik). Namun, dengan perkembangan teknologi pada tahun 1965 Lurik Prasojo sudah menggunakan mesin tenun yang produksinya tidak hanya warna dan motif klasik saja. Tetapi warna dan motif yang sudah bervariasi.
Tak hanya itu, kreasi dan inovasinya pun berkembang menjadi lebih banyak dan menarik. Sehingga tidak hanya membuat kain Lurik saja, namun juga membuat aneka ide kreatif lainnya. Seperti, membuat Jarik, kain lap makanan/ serbet, dan selimut.
CV. Kusumatex mempekerjakan karyawan sebayak 200 orang.Dimana setiap 1 operator mengawasi 4 mesin tenun. Dulunya “Prasojo” hanya mempunyai mesin tenun sebanyak 20 saja, karena produksi terus meningkat kini bertambah menjadi 146 mesin.
Mesin-mesin tersebut terdiri dari 52 mesin produksi lurik, 22 mesin produksi lap makan, dan 72 mesin produksi selimut & jarik. Target dalam satu hari satu mesin dari jam 07.00 WIB sampai jam 15.00 WIB harus memproduksi kain sepanjang 25 meter untuk kain lurik dan lap makan. Sedangkan untuk menghasilkan selimut dan jarik 30 meter dengan waktu yang sama. Hal tersebut berbeda-beda karena kecepatan masing-masing mesin tidak sama.
Perkembangan kain Lurik di era sekarang ini sangat pesat, dengan adanya peraturan pemerintah  daerah yang mewa jibkan pegawai negeri untuk mengenakan baju lurik atau batik. Lurik Prasojo sangat berterimakasih atas peran Pemerintah
 Daerah dan Jateng yang saling bersinergi mendukung para perajin Lurik untuk terus meneruskan warisan budaya kain tradisional lurik ini.
Diharapkan dengan adanya usaha yang dirikan saat ini dapat melestarikan budaya kain lurik yang saat ini semakin luntur. Selain itu, kedepannya usaha ini semoga dapat meningkatkan perekonomian warga daerah Klaten dan mampu menciptakan lapangan kerja bagi warga sekitar.



Maharani Setyawan, seorang wanita kelahiran Wonogiri, 29 Juli 1982 ini adalah pengelola generasi ke 3 usaha lurik ATM (Alat Tenun Mesin) “Lurik Prasojo” di Pencil, Bendo, Pedan, Klaten. Suaminya Hanggo Wahyu Amerto adalah putra pertama dari Bapak Wahyu Suseno owner PT. Kusumatex.
Dengan ide-ide segar dan semangat besar dari Rani alumni AAYKPN fakultas Ekonomi Manajemen tersebut. Perlahan namun pasti, semua berbuah manis. Brand image “PRASOJO” atas Tenun Lurik tersebut melambung  naik  mampu   mengalahkan para pesaing yang ada dan Rani berhasil menembus pasar internasional dengan koleksi fashion dari luriknya.
Menurut Rani, kesuksesan itu bisa diraih siapa saja karena kreativitas diri sendiri dan jadikan bekerja itu seperti hobi. “Yang menunjang untuk sukses berjalannya usaha itu karena kreativitas itu sendiri. Dan saya menjadikan bekerja itu adalah hoby sehingga menyenangkan”, jelas Rani. Karena hebatnya, Rani pernah mendapatkan sebuah Piagam Penghargaan menjadi juri Fashion Show Lurik dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-48 Kabupaten Klaten tahun 2012.
Didalam Showroom Lurik Prasojo terdapat berbagai jenis lurik seperti lurik batik, lurik garis, lurik grimis (dom tlusup), jarik dan masih banyak lagi. Berbagai macam tas, sepatu, kipas, bantal, jaket, baju gamis, rok, celana,  topi, kalung,  gelang, dan jas terbuat dari bahan Lurik yang harganya beragam mulai dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah.
Meskipun sudah sampai ke luar negeri, hebatnya pemasarannya hanya dari mulut ke mulut dan sosial media pribadi. “Jujur mbak, kami tidak pernah memakai marketing. Semua beredar dari mulut ke mulut, hanya dengan  social media pribadi saya saja, jadi saya tidak membaik-baikan Prasojo tetapi biar testimoni para pelanggan yang menjadi dasar orang-orang tertarik untuk ikut membeli dan memakai”, kata Rani.
“Kita patut berbangga atas produk-produk dalam negeri ini, tetapi alangkah baiknya kita juga harus ikut melestarikannya. Mengenakan pakaian dari batik lurik salah satu cara kita melestarikan budaya batik.” Tambah Rani.

4 komentar:

  1. Bangga pada produk lurik Prasojo, terima kasih Mbak Rani yang sudah membuat lurik go internasional, maju terus... Insha Allah tambah sukses

    BalasHapus
  2. Semoga terus sukses dan semangat untuk memunculkan kreasi2 baru dari lurik

    BalasHapus
  3. Alamat pabrik kusumatex yg produksi selimut dimana...ata telo yg bisa di hubungi brp

    BalasHapus
  4. Terimakasih mb. Rani, sangat menginspirasi , sukses sll mb. Rani




    BalasHapus