Jumat, 18 Agustus 2017
SOSOK PEREMPUAN TANGGUH
Perempuan kelahiran Klaten, tahun 1961 yang tak patah semangat membuat usaha tenun lurik meski usianya sudah tak muda lagi. Ia mulai menenun sejak tahun 1974, tepatnya saat masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Ketika waktu luang, hari-harinya digunakan untuk belajar menenun.“Sejak kecil saya sudah belajar menenun, saya sering belajar dari orang tua khususnya Bapak dalam menenun kain lurik ini,“ ungkap Ibu Suliyem (56).
Meskipun hanya lulusan Sekolah Dasar, tetapi ia tak malu untuk mendirikan usaha. Saat ini ia memiliki usaha tenun lurik yang dirintisnya sejak masih kecil. Kesulitan ekonomi dan lurik yang menjadi ciri khas Kota Klaten menjadi latar belakang mendirikan usahanya tersebut. Bermodalkan bakat dari orang tua dan alat seadanya, ia memulai usahanya itu dengan penuh semangat dan kerja keras yang tinggi.
Ibu dengan dua orang anak ini hanya tinggal bersama suaminya, Darso, di rumah sederhana yang beralamatkan di Sempu, RT:18 RW:08, Tlingsing, Cawas, Klaten. Kini dua orang anaknya telah merantau ke luar kota dan tinggal bersama keluarganya masing-masing. Baginya, tak gampang menjadi seorang penenun kain lurik. Beliau harus mampu memutar otak agar hasil tenunannya nanti dapat bersaing di industri kreatif dan bisa mencukupi semua kebutuhan hidup keluarganya. Suliyem memiliki harapan yang cukup besar untuk usahanya yang telah dirintis sejak kecil.
Pahit manis kehidupan telah ia lalui dengan kesabaran dan usaha. Hingga akhirnya, kerja kerasnya pun membuahkan hasil.
Saat ini Suliyem telah mendapatkan pengepul yang siap menerima hasil kreasi tenunannya. Sehingga ia tak perlu khawatir jika hasil tenunannya telah menumpuk belum ada yang membeli.
Suka dan duka pernah ia rasakan selama melakukan usaha tenun luriknya. Sukanya, ketika ia bisa melestarikan budaya tenun lurik ATBM yang saat ini telah tergerus oleh perkembangan zaman. Dukanya, ketika saat ini justru banyak kaum muda yang kurang mau belajar menenun dan memilih untuk merantau di tanah orang.
Sehingga sangat diharapkan dengan adanya usaha yang ia dirikan saat ini, dapat melestarikan budaya kain tenun lurik ATBM yang saat ini semakin luntur. Selain itu, kedepannya usaha ini diharapkan dapat menopang perekonomian keluarganya dan mampu menciptakan lapangan kerja bagi warga sekitar. ”saya merasa miris dan prihatin dengan anak muda zaman sekarang. Saya juga takut dengan perkembangan lurik yang nantinya tidak ada yang meneruskan, jadi saya berharap semoga kedepannya usaha ini dapat diketahui oleh publik dan dapat memberikan motivasi untuk warga agar lebih belajar lagi dan mau terjun dalam dunia tenun kain lurik”, ujar perempuan tangguh itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar